BAB I
1.1 Latar Belakang
Menulis pesan-pesan bisnis sangatlah
berbeda dan tidak semudah menulis pesan– pesan yang bersifat pribadi
(personal), seperti penulisan surat kepada orang tua, saudara, atau teman
akrab.
Maka dari itu dalam menulis surat-surat
bisnis yang baik diperlukan proses pemikiran dan tenaga dan waktu yang cukup.
Akan berbahaya apabila penyampaian pesan – pesan bisnis cenderung
dilakukan secara asal-asalan atau ceroboh, baik dalam sisi substansi isi pesan
mupun format penulisan. Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya,
pesan-pesan bisnis mencakup pesan-pesan bisnis tertulis dan pesan-pesan bisnis
yang disampaikan secara lisan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengorganisasian
Pesan-pesan melalui Outline
Pada dasarnya untuk mencapai pengorganisasian pesan yang baik diperlukan
dua proses tahapan, yaitu (1) mendefinisikan dan mengelompokkan ide-ide, (2)
menetapkan urutan ide-ide dengan perencanaan organisasional.
2.1.1 Mendefinisikan
dan Mengelompokkan Ide
Memutuskan apa yang harus dikatakan adalah masalah mendasar bagi setiap
komunikator yang harus dicari pemecahannya. Jika materi memang lemah, tidak
memiliki suatu muatan yang menarik, maka akan mengaburkan fakta yang ada.
Apabila penyusunan pesan yang panjang dan kompleks, maka outline sangat
diperlukan. Hal ini karena dengan adanya outline akan membantu
memvisualisasikan hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain.
Selain itu, outline juga membantu untuk mengkomunikasikan ide-ide dengan cara
yang lebih sistematik, efisien, dan efektif. Melalui perencanaan yang baik,
outline akan membantu mengekspresikan transisi antara ide-ide sehingga audiens
akan memahami pola pikir komunikator.
Susunan suatu outline secara garis besar dapat digolongkan sebagai berikut:
2.1.2 Menentukan
Urutan Ide dengan Rencana Organisasional
Untuk dapat menentukan urutan, ada dua pendekatan:
1. Pendekatan langsung (direct approach)
Di dalam pendekatan langsung, ide pokok muncul paling awal kemudian diikuti
bukti-bukti pendukungnya. Gunakan pendekatan ini bila reaksi audiens cenderung
positif atau menyenangkan .
2. Pendekatan tidak langsung (indirect approach)
Di dalam pendekatan tidak langsung, bukti-bukti muncul terlebih dahulu
kemudian diikuti dengan ide pokoknya. Gunakan pendekatan ini bila reaksi
audiens cenderung negatif atau tidak menyenangkan.
Setelah memilih suatu pendekatan, kemudian memilih rencana organisasional
yang terbagi menjadi:
3. Direct
Request
Direct request dapat berbentuk surat atau memo. Misalnya, Anda tertarik
terhadap suatu produk baru dan Anda berkeinginan untuk mengetahui berbagai hal
mengenai produk tersebut, seperti karakteristik, harga, dan cara pembayarannya,
maka Anda dapat menggunakan direct request.
4. Pesan-pesan Rutin, Good News, Good will
Pesan-pesan rutin mempunyai potensi untuk membentuk suatu kesan positif
atau citra yang baik bagi suatu perusahaan. Oleh karena itu, ketika menulis
suatu pesan rutin, Anda harus bertanya pada diri sendiri apa yang Anda inginkan
terhadap pembaca setelah mereka memahami pesan yang Anda sampaikan. Pesan-pesan
rutin layak untuk memperoleh perhatian secara bijaksana. Dalam setiap
organisasi, memo dan surat-surat dikirim ke ratusan bahkan ke ribuan karyawan,
konsumen, klien, dan sebagainya.
5. Pesan-pesan Bad News
Pesan-pesan bad news merupakan pesan yang menginformasikan kabar buruk atau
berita yang tidak menyenangkan, contohnya seperti penolakan surat lamaran,
menolak kredit, melakukan perampingan karyawan, atau menurunkan pangkat. Jika
Anda membuat pesan bad news, cobalah untuk menempatkannya pada bagian
pertengahan surat dengan menggunakan bahasa yang halus.
6. Pesan-pesan Persuasif
Persuasi merupakan suatu usaha mengajak/mengubah sikap, kepercayaan, atau
tindakan audiens untuk mencapai suatu tujuan. Secara sederhana, pesan persuasi
yang efektif adalah kemampuan untuk menyampaikan suatu pesan di dalam suatu
cara yang membuat audiens (pembaca atau pendengar) merasa mempunyai pilihan dan
membuat mereka setuju. Contoh penyampaian pesan persuasif yaitu pada pesan
dalam kegiatan untuk mendapatkan dana dan kerjasama. Pesan-pesan persuasif
bertujuan untuk mempengaruhi audiens yang cenderung mempertahankan ide atau
gagasannya. Pesan-pesan persuasif umumnya lebih lama, lebih rinci, dan
tergantung pada perencanaan strategis yang cukup ketat.
2.2 Pemilihan Kata Yang Tepat
Pemilihan kata dalam penyampaian pesan –
pesan bisnis kepada audiens sangat penting. Penggunaan kata asing yang sukar
dimengerti adalah pemborosan. Agar suatu komunikasi dapat tercapai maksudnya,
perlu diperhatikan hal-hal berikut:
-Pilihlah kata
yang sudah familiar
Diperlukan suatu analisis audiens,
terutama untuk mengetahui latar belakang pendidikan dan pengalaman audiens.
Pemahaman yang baik terhadap audiens akan memberikan pengaruh yang baik bagi
proses penyampaian pesan – pesan bisnis.
-Pilihlah
kata-kata yang singkat
Kata-kata yang singkat selain efisien,
juga mudah dipahami oleh audiens. Tetapi kita juga harus memperhatian kaidah
penulisan bahasa yang baik dan benar.
-Hindari
kata-kata yang bermakna ganda
Penggunaan kata-kata tersebut akan
mengakibatkan penafsiran yang bermacam – macam. Hal ini dapat mengakibatkan
tidak tercapainya maksud dari pesan-pesan bisnis.
2.3 Membuat Kalimat Yang Efektif
Dalam menyusun suatu kalimat perlu
diperhatikan 3 hal, yaitu kesatuan pikiran, kesatuan susunan, dan kelogisan.
Diketahui bahwa dalam setiap kalimat paling tidak terdiri atas subjek dan
predikat. Subjek dalam predikat akan menjawab “siapa” atau “apa” yang dilakukan
oleh kata kerja dan merupakan topik suatu bahasan atau sesuatu yang sedang dikatakan
dan biasanya berupa kata benda.
1. Tiga jenis
kalimat
a) Kalimat
Sederhana
Suatu kalimat sederhana hanya memiliki
sebuah subjek dan predikat. Namun tidak menutup kemungkinan suatu kalimat
dilengkapi dengan objek baik langsung maupun tidak langsung.
b) Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk berisi dua atau lebih
klausa independen dan tidak mempunyai klausa dependen. Klausa independen
merupakan lausa yang dapat berdiri sendiri atau mempunyai pengertian yang utuh,
sedangkan klausa dependen adalah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri
sehingga tidak memiliki klausa yang utuh.
c) Kalimat kompleks
Kalimat kompleks berisi sebuah klausa
independen dan satu atau lebih klausa dependen sebagai anak kalimat.
2. Cara
mengembangkan paragraf
Ada dua pendekatan untuk mengembangkan
suatu paragraf, pendekatan induktif dan pendekatan deduktif. Pendekatan
induktif dimulai dengan berbagai alasan terlebih dahulu baru dibuat kesimpulan,
sedangkan deduktif dimulai dari kesimpulan, baru diikuti dengan alasan-alasannya.
Cara-cara mengembangkan paragraf:
a). Ilustrasi
Untuk mengembangkan suatu paragraf dapat
digunakan suatu ilustrasi yang dapat memberikan gambaran terhadap ide atau
gagasan umum.
b). Perbandingan
(Persamaan & Perbedaan)
Anda dapat mengembangkan paragraf dengan
cara membandingkan persamaan maupun perbedaan terhadap suatu pemikiran dengan
pemikiran yang lain.
c. Pembahasan
Sebab-Akibat
Agar dapat memberikan arah yang jelas
terhadap suatu pokok bahasan tertentu.
d. Klasifikasi
Untuk mempermudah pemahaman paragraf bagi
pengirim pesan dan penerima pesan. Selain itu agar suatu topik bahasan menjadi
lebih terarah atau terfokus.
e. Pembahasan
Pemecahan Masalah
Untuk memberikan latihan analitis yang
sangat diperlukan bagi seseorang dalam pengambilan keputusan-keputusan penting
bagi suatu organisasi
Paragraf hendaknya jangan terlalu singkat
namun juga jangan terlalu panjang. Yang penting, suatu paragraf harus merupakan
kesatuan ide atau gagasan yang utuh, menggunakan kata-kata transisi, kata
ganti, atau kata kunci sebagai penghubung antara kalimat yang satu dengan yang
lainnya, dan jelas.
Sumber:
http://blogserbabis.blogspot.co.id/2014/04/makalah-revisi-pesan-pesan-bisnis.html
https://mentarids.wordpress.com/2016/05/05/pengorganisasian-pesan-pesan-bisnis/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar