A.
Komunikasi Lisan dalam Rapat
Di dalam suatu
pertemuan dan dalam suatu rapat setiap anggota atau peserta harus menyadari
posisinya dalam forum tersebut. Tiap peserta hendaknya:
– Mampu berperan
sebagai penyelaras yang sangat bijaksana dan adil namun tidak kehilangan
pendirian.
– Mampu menjadi
komunikator yang berpartisipasi aktif namun tidak memonopoli pembicaraan.
– Mampu
berkomunikasi secara terbuka, jujur dan bertanggung jawab.
– Mampu menjadi
komunikan yang sangat responsive namun tidak emosional.
– Mampu
mengontrol diri, dan menghindarkan terjadinya debat serta tidak berbicara
bertele-tele.
B.
Komunikasi Lisan dalam Wawancara
Misalkan dalam suatu
wawancara, kita melakukan komunikasi dengan seorang yang diwawancara. Dalam
wawancara tersebut, ada pihak yang lebih mencondong memberikan pertanyaan.
Wawancara biasanya dilakukan untuk mengumpulkan data yang ingin kita dapat. Ada
juga etika dalam berwawancara, diantaranya adalah memperkenalkan diri terlebih
dahulu. Kemudian kita sampaikan maksud dari wawancara yang kita lakukan. Kita
juga harus respect kepada orang yang kita tanya sehingga ia merasa nyaman.
Berikut ini ialah hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan wawancara:
- Gunakan volume suara yang baik
dan terdengar (berbicara tidak terlalu keras).
- Hindari bahasa menggurui
responden.
- Hindari sikap rakus.
- Fokus pada lawan bicara.
- Fokus pada pembicaraan.
- Tidak boleh memotong
pembicaraan.
- Lakukan verifikasi jika ada
kekurangan.
- Hindari kata-kata kasar
(kotor).
- Bersikap ramah.
- Jangan menyakiti hati responden.
- Hidari tatapan yang
menyelidik/melotot/clingak-clinguk.
- Ucapkan terima kasih.
C.
Komunikasi Lisan dalam Bernegosiasi
Sebagaimana kita cukup
sering mendengar negosiasi diartikan sebagai proses yang melibatkan upaya
seseorang untuk merubah atau tidak merubah sikap dan perilaku orang lain.
Sedangkan pengertian yang lebih terinci menunjukkan bahwa negosiasi merupakan
proses untuk mencapai kesepakatan yang menyangkut kepentingan timabal balik
dari pihak-pihak dengan sikap, sudut pandang, dan kepentingan-kepentingan yang
berbeda satu sama lain. Negosiasi, baik yang dilakukan oleh seorang pribadi
dengan pribadi lainnya, maupun negosiasi antara kelompok dengan kelompok (atau
antar pemerintah), senantiasa melibatkan pihak-pihak yang memiliki latar
belakang berbeda dalam hal wawasan, cara berpikir, corak perasaan, sikap dan
pola perilaku, serta kepentingan dan nilai-nilai yang dianut. Pada hakikatnya
negosiasi perlu dilihat dari konteks antar budaya dari pihak yang mela-kukan
negosiasi, dalam artian perlu komunikasi lisan, kesedian untuk memahami latar
belakng, pola pemi-kiran, dan karakteristik masing-masing, serta kemudian
berusaha untuk saling menyesuaikan diri.
Agar dalam
berkomunikasi lebih efektif dan mengena sasaran dalam negosiasi bisnis harus
dilaksanakan dengan melalui beberapa tahap yakni:
1. Fact-finding,
mengumpulkan fakta-fakta atau data yang berhubungan dengan kegiatan bisnis
lawan sebelum melakukan negosiasi.
2. Planning/rencana,
sebelum bernegosiasi/berbicara susunlah dalam garis besar pesan yang hendak
disampaikan. Berdasarkan kerangka topik yang hendak dibicarakan rincilah hasil
yang diharapkan akan teraih. Berdasarkan pengenalan Anda terhadap lawan
tersebut, perkirakan/bayangkan kemungkinan reaksi penerima pesan/lawan
berbicara terhadap apa yang Anda katakan.
3. Penyampaian,
lakukan negosiasi/sampaikan pesan dalam bahasa lawan/si penerima. Usahakan
gunakan istilah khas yang biasa dipakai oleh lawan negosiasi kita. Pilihlah
kata-kata yang mencerminkan citra yang spesifik dan nyata. Hindari timbulnya
makna ganda terhadap kata yang disampaikan.
4. Umpan balik,
negosiator harus menguasai bahasa tubuh pihak lawan. Dengarkan baik-baik reaksi
lawan bicara. Amati isyarat prilaku mereka seperti: angkat bahu, geleng–geleng
kepala, mencibir, mengaggguk setuju. Umpan balik dapat untuk mengetahui samakah
makna yang disampaikan dengan yang ditangkap lawan negosiasi bisnis kita.
5. Evaluasi, perlu
untuk menilai apakah tujuan berkomunikasi/negosiasi sudah tercapai, apakah
perlu diadakan lagi, atau perlu menggunakan cara-cara untuk mencapai hasil yang
lebih baik.
Meskipun pesan yang
disampaikan dapat diterima dengan baik, bukan berarti hasil yang diharapkan
akan diperoleh sesuai dengan yang direncanakan semula. Yang sering terjadi
justru perbedaan pandangan terhadap cara penyelesaian masalah antara pemberi
dan penerima pesan. Sehingga diperlukan pembicaraan lebih lanjut, yang
memerlukan perjuangan tersendiri bagi pengirim pesan dalam menyampaikan dan
memenangkan pendapatnya.
Kalau terjadi adu
pendapat antara negosiator dengan pihak lawan maka timbul dorongan untuk
menang. Keinginan untuk menang di satu sisi dengan mengabaikan kekalahan
dipihak lainnya, biasanya sulit tercapai. Untuk itu digunakan strategi
menang-menang (win-win solution). Artinya ada sebagian keinginan kita yang
dikorbankan dengan mengharapkan pihak lawan juga akan mengorbankan hal yang
sama, sehingga kesepakatan di antara kedua belah pihak dapat tercapai.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar